Kayu Jati Sebagai Investasi

kayu jati

Kayu jati

Jepara adalah salah satu kota di Indonesia penghasil mebel berkualitas yang sudah terkenal produknya di dalam negeri maupun manca negara. Kota yang terletak di pesisir bagian ujung utara pulau Jawa ini, sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari kayu, sebagai pengrajin atau pengusaha mebel, walaupum ada dari sebagian masyarakatnya menjadi buruh, petani dan nelayan.

Selain terkenal dengan perabotan mebelnya yang mendunia Jepara juga terkenal dengan ukiran khasnya, kota dengan sebutan kota ukir ini sekarang sudah menjadi  “The World Carving Center” karena saking terkenalnya produk-produk ukiran sampai ke manca negara bahkan dunia. Beraneka macam jenis mebel yang ada di Jepara tidak lepas dari kayu-kayu yang didatangkan dari luar Jepara, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan hingga Sulawesi.

Banyak sekali jenis bahan kayu yang digunakan sebagi furnitur, di antaranya yaitu kayu jati. Tanaman dengan tingkat kekuatan serta corak bagus dari segi seni maupun ekonomi ini sudah terbukti kualitas keawetanya. Tak heran jika jati, selalu menjadi pilihan utama bahan kerajinan, industri furnitur, mebel berkualitas.

Selain menjadi perabot, jati juga digunakan sebagai bagian dari rumah seperti saka, atap, kusen, pintu, rana atau lantai. Selain kegunaannya menjadi bahan baku berbagai macam kerajinan, jati merupakan salah satu simbol status sosial.

Jenis-jenis Jati

Persebaran kayu jati di Indonesia menjadikan tiap kayu memiliki ciri khas tersendiri dari setiap daerah asalnya. Tanpa bahan baku tersebut orang Jepara dan gudang-gudang mebel Jepara tidak mungkin memproduksi furnitur dengan berbagai macam model dan jenis apalagi memproduksi untuk kebutuhan ekspor. Ada banyak sekali jenis jati yang tumbuh di Indonesia, untuk daerah tumbuh serta sifat kayunya ada 6 jenis yaitu kayu jati lengo (minyak), jati kapur, jati sungu (tanduk), jati doreng, jati kembang (bunga), dan jati werut (kerut) dari semua jenis tersebut memiliki keunikan dan keunggulan sendiri.

Menurut pembagian asal usul pengelolaan serta kepemilikanya dibagi menjadi dua. Untuk jati dari dinas perhutani biasa disebut dengan kayu jati class atau kayu jati dengan kualitas bagus (A), karena semua pengelolaan dan perawatan dilakukan oleh perhutani, mulai dari pembibitan hingga penebangan dan biasanya kayu tersebut adalah kayu berumur tua atau lama yang sudah tentu mempunyai kualitas dengan tingkat kekeringan sangat baik. Sedangkan untuk jati dari daerah seperti Wonosari, Pacitan, sampai Sopeng disebut dengan jati kampung (rakyat), karena kayu tersebut milik dari perorangan dan tumbuh tanpa perawatan khusus seperti kayu perhutani.

Jangan khawatir meskipun tanpa perawatan khusus semua kayu tersebut memiliki bukti legalitas pengolahan dari pihak perhutani, namun tidak menutup kemungkinan banyak jati dari daerah juga berkualitas bagus. Selain semakin mahalnya harga kayu perhutani isu pemanasan global membuat penebangan kayu sangatlah ketat. Para produsen mebel Jepara menjadikan alternatif kayu jati kampung sebagai bahan baku, karena harga yang relatif lebih murah, mudah didapat dibanding kayu jati dari perhutani. Permintaan bahan baku yang semakin tinggi banyak kayu dengan umur belasan tahun sudah ditebang (untuk jati rakyat), tak heran diameter lingkar kayunya tidak lebih dari 30cm.

Selain permintaan produksi yang tinggi, berkembangnya peralatan di dunia mebel menjadikan konsumsi bahan baku serta pengerjaan perabot semakin cepat tidak seperti pembuatan mebel zaman kuno, dahulu kala pembuatan satu buah almari bisa mencapai waktu berbulan-bulan karena semua dikerjakan serba manual.

Sudah Mulai Langka

Jati dengan umur ratusan tahun bisa tumbuh mencapai ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter namun itu sudah sangatlah langka, katakanlah ada biasanya dijadikan sebagai pohon indukan bakal bibit. Semakin langka ukuran kayu berdiameter besar dengan panjang tertentu, menjadikan kayu dengan diameter tersebut banyak diburu serta dikoleksi sebagai investasi jangka panjang karena harga semakin tahun semakin mahal.

Untuk mendapatkan kayu tersebut tidaklah mudah, selain berburu sampai pelosok belantara hutan dan juga memerlukan waktu lama untuk mendapatkanya, banyak biaya yang harus dikeluarkan sampai dengan kayu bisa diangkut. Hanya sekedar melihat dan mengecek kebenaran kayu tersebut biasanya dikenakan tarif tertentu. Benar apa kata orang, pohon jati merupakan emas berdaun, semakin tua dan lama semakin mahal harganya serta memiliki banyak keistimewaan.

Seperti disebutkan di atas selain kegunaan sebagai bahan baku perabot, jati merupakan simbol status sosial di masyarakat, tak heran zaman dahulu kala setiap rumah dengan bahan kayu jati selalu dimiliki oleh kalangan atas saja. Tidak hanya itu saja bangunan bersejarah yang sudah berumur ratusan tahun yang ada di Indoneia pasti tak lepas dari penggunaan kayu tersebut.

Chat Kami Sekarang